Minggu, 07 Desember 2014
Hujanlah Terus Desember

Hujan terus mengguyur akhir pekan di minggu pertama bulan Desember. Hanya saja aku belum menemukan pelangi semenjak Desember menampakkan dirinya pada hari pertamanya. Dan lagu itu masih terus saja berputar disetiap pagiku. Dan bunga kembang sepatu itu masih saja basah.

Tentang rindu yang masih saja betah bergelayut dalam kelopak mataku. Memaksa membuka otakku memutar memorinya. Kadang aku menikmati rindu ini. Kadang pula membuatku tersiksa. Suatu hal yang terlalu indah, dan menyakitkan saat aku ingin kembali bermain pada waktu itu.

Memilik kenangan indah dalam hidup itu bukanlah suatu hal yang baik. Karena kita akan ditagih oleh rindu yang menyesakkan dikemudian hari. Menggerogoti daging otakku.

Waktu pula yang telah memakan hal indah dalam hidupku. Seolah aku ingin merobek perut sang waktu. Biar seluruh isi perutnya keluar dan aku bisa mengambil kembali kenanganku yang sudah dikunyahnya. Tapi kurasa tak akan utuh lagi seperti dulu.

Kau tahu, bayangan itu terus saja berlari-lari didepanku. Tidak berwarna. Hanya sebatas hitam putih. Tapi jalan ceritanya kuingat persis. Tentang pertemuan kita. Tentang kisah perjalanan kita yang juga dipertemukan pada musim mangga yang disambut musim hujan. 

Apakah kau juga tahu mengapa aku suka memutar lagu itu? Desember. Sebuah nama bulan. Lagu yangmenceritakan tentang iklim  Itu karena banyak kenanganku yang tersimpan dalam lagu itu.

Hai orang-orang maya yang tak pernah bosan berkeliaran didepan mataku. Dulu kita pernah bersama, menjalankan hari-hari kita. Kau dan aku saling bercerita melakukan banyak hal. Aroma deterjen, bentuk bajuku dan bajumu, masih kuhapal. Motifnya, ukurannya, dimana kita membelinya. Aku masih hapal lemari dua pintu kepunyaanmu dan lemari coklatku. Lemari yang tak pernah pisah dari meja belajarku.

Mesti diingat bahwa aku kini tak lagi berada di kamarku yang dulu.

Aku kemudian mengingat sebuah rumah dan orang-orang yang dulu berkeliaran dirumah itu. Menonton tv, menyapu dan belajar. Kamarku terletak di ruang tamu. Pintunya berhadapan langsung dengan ruang tamu.

 Aku memiliki bunga bougenville didepan rumah. Sengaja dibiarkan lama tak disiram supaya bunganya menjadi semakin banyak. Bila musim hujan, ia tak mengeluarkan bunga.

Sudahilah. Berhenti mengingat kenangan. Kembali ke hujan.

Aku keluar dan menikmati tetesan demi tetesan air langit. Aku menyelesaikan rinduku yang basah hari ini.

Makassar, hari delapan di Bulan Desember, 2014.


0 komentar:

Posting Komentar